Kasih yang Pulang
Ada yang salah dengan ratapan burung pelatuk sore itu. Ia berusaha bangkit dari tangisnya yang sempit, yang menderu sampai ke ujung dahan. Kasihnya pulang, ia pun tak lagi punya rumah untuk pulang, untuk bercakap apalagi bersenda. Rupanya, beberapa ucapan yang keluar tanpa permisi itu menancap betul pada hati sang kasih. Ia baru sadar, Mungkinkah iya, atau tidak? Sang kasih sudah lebih dahulu menyerah, Ia pun pasrah tanpa arah. Ia kangen, kangen... Sekali sampai ingatannya saja membuatnya bahagia sementara. Tapi, hidup harus terus berjalan bukan? "Kasihku hanya sedang pulang, tidak untuk pergi" begitu ucapnya pasrah.