Jalan Masing-Masing
Inginku menuliskanmu dalam lembaran kenang berbatas luka.
Sembari asyik menyulam sabar
di depan teras penantian yang tak lekas pulang.
Sambil luka, sambil terbiasa,
dan kembali biasa.
Langkahmu tak pernah sampai di sini.
Hanya perasaan bersalah
yang menyalipmu masuk kemari.
Tentu bukan salah siapapun,
bukan pula ingin siapapun.
Lagipula, keputusan itu sudah benar.
Sudah terwujud dan diwujudkan.
Tak apa lagi,
harus saling terima lagi.
Jalan masing-masing lagi.
Dan kepada Si Jelita
Kasihku padamu atas prihatin, belas kasih, serta ucap manis yang meneduhkan.
Kucukupkan resah luka yang menderu itu bersama angan yang bukan lagi milikku.
Mari, kembali menjamu temu dengan perasaan bebas dan tuntas.
Komentar
Posting Komentar