Pict by: Hanya Aku

                                              Pict by: Hanya Aku 
(Masjid Darul Muttaqin Al Afiyah Bening)

**Sampai Kapan?**

Oleh: Hanya Aku 
Disempurnakan: Chat GPT 


Selepas pagi menepi, 

Raga ini luruh tanpa daya,

Remuk redam—seolah jiwa memohon jeda

dari beban yang tak pernah reda.

Tak kutemui damai dalam detik,

Harapan pun retak sebelum sempat menatap cahaya pagi.


Hari ini dan esok berjalan pincang,

Tak satu pun sempurna,

Begitu pun aku—

yang tersesat dalam riuh ambisi yang hampir padam,

tertinggal di ujung keramaian.


Bukankah aku terlalu diam?

Bukankah senyumku telah lama tenggelam?

Maka kutelan saja sunyi,

tak kupinta banyak pada hari esok,

selain sejenak untuk bernapas tanpa luka.


Apa lagi ini?

Letih menyelimuti seperti kabut yang tak pernah surut,

Sedih, senang—semuanya jadi beban,

Apakah hatiku terlalu sempit menampung dunia?


Syukurku makin tergerus,

pada Tuhan yang sabar menunggu aku pulih.

Kuingin sempurna, tapi langit bilang:

“Belum saatnya.”


Kupikir hidupku yang paling getir,

padahal banyak yang lebih perih,

tapi siapa yang bisa menakar luka selain pemiliknya?


Sampai kapan?

Kutanya—

dan diam pun menjawab dengan hening paling dalam. 




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis Struktural Cerpen Harimau Belang Karya Guntur Alam