Postingan

Menampilkan postingan dengan label Hanya Aku

Wahai Kekasih yang Selesai

Gambar
Aku sedang bercengkrama dengan siutnya angin ketika kau sibuk memindahkan lukamu padaku yang mulai lebam. Aku telah sudi menjadikanmu seluruhnya pada hidupku yang kukira tak layak dan tak berhak memilih. Tapi, ternyata nasibku memang buruk.  Semakin aku merasa tak pantas, semakin banyak pula lebam yang kudapat. Kakimu mulai menjauh dari balik punggungku yang kecil menopang.  Tak ucapkan syukur dan perasaan maaf padaku yang mulai basah kuyup oleh derai air mata.  "Salahku lagi?" "Apa lagi?" Tanyaku pada diri sendiri yang ditinggalkannya jatuh sejatuh jatuhnya di tengah jalan dengan ketidakpastian itu.  Kulihat lagi jejak kakimu yang masih basah.  Kurasakan lagi perasaan acuhmu yang sudah selesai.  Ini dia, si perempuan angkuh nan indah menjadi bagian dari luka kekasihnya yang gila.  Kekasihnya yang sudah selesai dengan masa lalunya.  Tapi dia akan tetap cacat.  Sikapnya itu akan jadi malapetaka bagi perempuan lain yang kelak meneri...

Do'a Baik

Gambar
Alhamdulillah ... Alhamdulillah ..  Alhamdulillah ..  Aku melihat rona di wajahnya yang menyenangkan itu. Dia, merakyat oleh banyak temannya yang dirasa baik baginya.  Aku, bukanlah salah satu dari itu.  Aku meninggalkannya sebagai perasaan sungkan dan tak pantas.  Perasaan cukup dan pasrah.  Aku, tidak akan mengatakan "jikalau waktu itu..." lagi dengan sadar diri.  Cukuplah aku yang dulu pernah menjadi bagian dari proses hidupnya.  Cukuplah aku yang mengira dan dikira salah dari perkiraannya.  Aku memang sosok yang egois.  Berlagak paling, padahal memang kethul otaknya.  Tuhan, jika esok hari aku hanya akan jadi racun bagi lingkungan yang mengira aku baik baginya, biarkan saja rasa ini cukup aku yang tau dan menghindar.  Cukup aku yang merasa buruk dan paling antagonis di sini.  Aku merasa lelah, perkenalan yang kukira baik bagiku dan baginya, kini memang cuma kembang randu.  Jadi perjanjian lama yang tak...

Harus kuapakan hari esok?

Gambar
Ada yang sedang memisahkan diri dari teman dan tetangganya. Memang kenapa? Aku hanya menjauh dari keramaian, bukan berarti putus hubungan kan?  Aku hanya mengajak diriku sendiri untuk istirahat sejenak, melonggarkan otak dan jiwaku dari ramainya omongan orang. Dari sumpah serapah yang selama ini kutelan sendiri.  Sangking muaknya, aku lelah untuk berbicara. Jadi, kuhabiskan waktuku untuk diam dan menikmati sunyinya kamar dan melihat kucingku yang berlarian kesana-kemari.  Lusa, aku ingin jalan sendiri ke tempat rindang dan sejuk. Tapi, tiap kali inginku merebak, hasratku tak sanggup ke sana sendiri. Tapi, tak ada orang lain yang bisa menemaniku. Kuajak bicara dan mendengarkan keluh kesahku kali ini.  Aku benar-benar muak dan meledak.  Padahal ada banyak pekerjaan yang harus kucicil. Harus kuapakan hari esok? 

Kangen

Gambar
Pict by: Me  Aku cuma mau pulang. Pulang ke rumah yang cuma ada kita, ada Emak dan Bapak yang bahagia.  Ada anak kecil manis dan rupawan menyambut kita pulang. Mendoakan kesehatan dan keselamatan kita tiap hari.  Asalkan bersama, saling mengerti dan terima, kita cuma butuh syukur dan ikhlas menjalani hidup.  Meskipun ada pertengkaran kecil nantinya, kita bisa kok menyelesaikan segalanya dengan meredam amarah masing-masing, dengan kepala dingin, dan mendengarkan keluh dan kesah tiap kepala. Tidak ada yang dominan, hanya pertukaran data antar si kecil yang menyeka air mata sebab aku yang tak hiraukan hadirnya di dapur. Kau marah sejenak dan menanyakan padaku apa yang terjadi, mendengarkan dengan serius sambil mengangguk beberapa kali.  Kau lembut, kau bijaksana, aku menyukai hal itu. Kau seseorang yang tidak kasar, peduli, dan selalu menghormatiku. Menyayangiku dan keluargaku.  Kelak, di manapun kau berada, aku harap kita lekas bertemu satu sama ...

Percayakanlah!

Gambar
Kita kerap kali lupa, bahwa nyawa hanyalah titipan.  Benda dan perasaan kasih pada secinta juga titipan.  Seharusnya layak untuk disyukuri, baik duka dan sukanya datang berdekapan.  Harus ada yang pasrah, ada juga yang tak terima. Baiknya bagaimana pun bergantung pada percayanya diri sendiri pada diri sendiri.  Buktinya, sejauh ini meskipun kerap merasa kesal dan lelah. Tuhan masih saja berikan mudah, berikan hari esok untuk kembali berjuang. Berikan orang baik untuk berbagi keluh.  Manusiawilah..  Kalau mau dimanusiakan ya manusiakan manusia lain yang berusaha baik, meskipun yang dimaksud baik juga belum tentu baik.  Risih juga dengar omongan yang mampir dari kepala sendiri. Yaa kalau itu njeplak dari omongan orang lain masihlah patut untuk marah, lha kalau berasal dari pikiran sendiri, masa iya marah dengan diri sendiri, tidak terima pada apa yang terjadi, merendahkan kemampuan yang ada, dan lainnya yang belum terlampir tentunya.  K...

Tentang Pemuda dan Pemudi Letih

Gambar
Begitupun engkau, setelah lelah mencari tau, menebak-nebak rasa apakah yang hendak dikecap, membual tentang jus mangga dan jus jambu enakan yang mana. Dia melupakan sesuatu, tentang Pemuda dan Pemudi letih penikmat sepi dan pengiba cinta. Keduanya saling bertukar butuh dan kambuh. Perempuan itu berkata "Tawaku selalu lepas tanpa alasan yang pasti. Entah karena bualanmu, atau karena hadirmu yang kusyukuri".  Setelah perbincangan singkat itu, Tuhan memberikannya jalan keluar. Lewat ungkapan-ungkapan misterius yang datang dari beberapa orang. Mengisahkan seorang pemuda yang enggan lagi jatuh suka, enggan untuk berbagi keluh bersama wanita baru yang sama sakitnya. Masa lalu yang ia terima mungkin begitu pedih, kepercayaan pada wanita penjaga kelontong sudah memudar. Entah hanya pada jenis yang sama atau hanya pengalihan saja untuk dipercaya Dia pun tak tau pasti.  Kemungkinan ditinggalkan dan meninggalkan yang kesekian kalinya sudah di pelupuk mata. Ia terasa, tapi ta...

Sebentar

Gambar
Masa sulit itu mungkin bisa jadi pelajaran hidup yang berharga. Masa di mana kehilangan diri sendiri adalah hal paling hopeless daripada kehilangan kekasih. Kadang diri sendiri memang harus lebih paham apa yang baik dan tidak baik, apa yang disuka dan tidak, yang dibutuhkan dan yang musti diikhlaskan.  Tapi, ada kalanya diri sendiri tidak mengenal sebaik itu. Seperti potongan lain dari diri sendiri versi yang lebih buruk. Entah itu perbedaan atau perubahan, yang terjadi memang tidak mudah diterima. Selamanya perasaan itu hanya bertahan di pikiran. Oleh karenanya, perasaan pandai untuk dikibuli "aahh mungkin besok akan berlalu, salahku sendiri memang, aku terlalu ceroboh, ah sudahlah".  Begitulah kiranya kata-kata yang berhasil menuduh diri sendiri sebagai pelaku kesalahan dan kegagalan yang telah terjadi. Padahal tidak sepenuhnya semua berasal dari diri sendiri. Sebut saja Puan, wanita malang yang berani memungut perasaannya sendiri yang sudah hancur berkali-kali...

Sementara

"Lena, mau ke mana pagi-pagi begini sudah rapi saja kau" tanya Renjana.  Lena membalikkan badan seraya berkata "Eh bang, ini nih mau ke kampung sebelah. Kebetulan anak pramuka ada acara di sana, trus aku disuruh bantu-bantu katanya".  "Yuk!" kata Renjana sambil menepuk-nepuk jok motornya. "Gaslahhh! Tengkyu bang!" kata Renjana dengan logat jawa yang masih menempel.  Pagi itu terasa begitu lengang, sebab kendaraan tak memenuhi jalanan seperti biasanya. Bukan hanya itu, udara pagi yang terasa bersih masuk ke hidung dengan sempurna. Belum bercampur polusi apalagi bau kandang sapi di belakang rumah Juragan Eko yang terkenal memiliki sapi perah terbanyak sedesa.  Sesampainya di lokasi, Lena berlari sambil melepas helm yang dikenakannya lalu dilemparkannya kepada Renjana yang reflek menangkapnya sambil menggeleng-gelengkan kepala tanda maklum. 

Apa kabar?

Gambar
Kabar baik kan?  Ngomong-ngomong, ada hal baru apa sih yang membuat kamu senang akhir-akhir ini? Ada kan?  Kayaknya pertanyaan yang susah dijawab sih untuk orang yang selalu merasa tak ada yang istimewa setiap harinya. Setiap pagi bangun tidur dengan wajah serta perasaan yang hampa. Ada ruang kosong yang menuntut untuk diisi, entah oleh apa dan bagaimana caranya tak tau pasti.  Meskipun ada beberapa hal yang membuat beda, entah rutinitas sebagai siswa atau mahasiswa yang emang gitu-gitu aja. Bagi manusia satu ini, sebelum bertemu keramaian sih sudah merasa bahagia sekaligus excited ya. Cuma, yang membuat kecewa justru itu, saat kebahagiaan yang sudah dibayangkannya tak sesuai dengan realita yang ada. Ketika yang diusahakan "Jika nanti akan begini dan seperti ini bila diberikan situasi yang seperti ini". Sudah sejauh itu disusun rapi di ingatan.  Kenapa kenyataan begitu pahit sih?  Adakah dendam yang dimiliknya sampai-sampai tak sekalipun mau bekerja...

Kenalin, namaku Lena.

Gambar
Lena Puspita Sari. Kata bapak nama itu dipilih sebab "ingin saja" katanya, ahaha aneh-aneh saja bapak. Memang, dia orang paling aneh dan nyeleneh yang pernah kukenal. Bapak sekaligus orang yang merangkap sebagai seorang sahabat untukku sejak ibu meninggal sejak aku masih TK. Waktu di mana seorang anak perempuan paling membutuhkan kasih sayang seorang ibu serta pelukan. Aku ingat pertama kali masuk TK waktu itu ibu masih sehat, beliau mengantarku ke sekolah sampai gerbang. Ketika aku sudah bertemu ibu guru sambil mengucapkan salam bersamaan dengan teman-temanku dengan gaya dan perilaku yang sudah biasa kami lakukan, yahhh tangan kami semua memegang tangan guru, bahkan sangking banyaknya murid kedua tangan guru penuh dengan genggaman murid-muridnya yang berdesakan bergantian mengucapkan salam. Kami mengucapkan salam dengan suara keras dan lantang serta berirama "Assalaamualaikum warahmatullaahi wa barakaatuh" andai saja waktu itu bisa kurekam, pasti saat i...

Berbuat Baik Bukanlah Kesalahan

Gambar
Lucu saja sih, sudah tau hidup ini hanya kepastian menunggu giliran pulang dan dunia bukan tujuan kemudian masih saja menggantungkan bahagia dengan dunia. Semakin ke sini jadi sulit membedakan ego dengan 'seharusnya'. Lambat laun bisa jadi tuh, kehilangan diri sendiri yang selalu menang sendiri.  Bukan main. Bahkan ia sudah kehilangan itu semua; diri sendiri, kedamaian hati, Tuhan, semangat hidup, masa depan, dan tujuan hidup. Semua terjadi sejak ia temui perasaan senang yang berlebihan pada seseorang, lalu berakhir sebelum semuanya dimulai.  Kehilangan apa saja yang ia alami?  Kehilangan mimpi yang awalnya diyakini bahwa hanya itu yang harus dilakukan, karena selain itu ia tak tau harus jadi apa. Tenyata eh ternyata, ia justru tak yakin bisa sehebat itu menggapai mimpi. Banyak kejadian yang menjadikannya down , salah satunya sebab lingkungan yang jauh lebih hebat dan luar biasa dari yang dikira. Sebab lain karena takut mencoba, takut bertemu hal baru yang har...

Midun

Gambar
Midun. Aku bertemu dia di perempatan jalan selatan kampusku. Siang itu aku pergi bersama temanku ke sebuah warung untuk membelik makanan ringan sambil mengerjakan tugas yang belum selesai. Aku duduk di sebuah kursi panjang berhadapan dengan temanku, dengan segelas popice coklat di atas meja. Aku terdiam sambil menatap ke jalanan. Kutemui seorang lelaki pendek berkulit sawo matang sedang berdiri di tengah jalan, dengan sebuah tongkat berwarna orange di tangan. Memakai topi berwarna biru yang hampir pudar keabu-abuan. Tiap ada yang akan menyeberang ia ayunkan tongkat itu sambil meniup peluit yang tergantung di lehernya. Ia sigap melihat jalan, mengawal seorang anak kecil dari sebelah timur perempatan. Merangkulnya dengan lembut sembari menuntunnya berjalan. Bahkan, siang itu matahari begitu terik terasa. Tapi ia tak pernah memerlihatkan rasa lelah yang ia terima. Senyumnya itu, selalu ia berikan pada siapapun yang lewat. Kadang ada saja yang tak acuh padanya, tak memberinya...

Luka yang Membekas

Gambar
Aku mengalami sedikit kejadian yang membekas di ingatan; kejadian paling menyakitkan dan kejadian paling menyenangkan. Bahkan tak jarang kekosongan mengisi tiap gerak dan gerik yang kulakukan maupun tidak.  Selama aku hidup, nyaliku hampir setiap saat ciut. Naik turun. Bahkan meyakini bahwa aku tak mampu melakukan banyak hal akan hidupku sendiri. Kegagalan yang seringkali kuabaikan ternyata jadi bumerang yang membahayakan.  Pikirku ia hanya akan menyakitiku selama ini. Dan kulupakan saja luka yang telah nampak membaik itu. Nyatanya dia menggerogotiku dari dalam, hampir membunuh jiwaku yang malang. Setengah darinya hampir hilang. Kulihat kekosongan itu datang menghadirkan kehampaan. Menyesakkan. Memilukan. Merampas harga diri dan kepercayaan diri. Meninggalkan aku sendiri dengan kebingungan, ketidakberdayaan, perasaan tak pantas, dan luka yang semakin mendalam.  Kubilang jangan hiraukan. Tapi ia nekat tak dengarkan omongan. Tak niat indahkan permohonan. Ia teta...

Simpang Siur

Gambar
Semakin bertambah usia bukannya tambah amalannya malah semakin sulit menerima. Semakin dibutakan dunia. Seolah yang telah digariskan tak dapat dipercaya.  Keyakinan akan hal itu masih ada. Hanya saja semakin berkurang jumlahnya. Ketakutan akan kebenarannya pun sempat menciutkan nyali. Tapi, tak bertahan lama. Ia sering diingatkan takdir, diingatkan kematian, dan hari akhir. Ingatannya membantunya pulih, tapi kehidupan masih gigih mengajaknya egois.  Kedewasaan itu membuatnya payah sekaligus tak terarah. Kadang sedih, kadang bahagia berlebihan. Ada kalanya waktu membuatnya termenung atas kekosongan yang selama ini jadi beban di otaknya. Pikiran tentang-Nya semakin samar. Bahkan kewajiban pun sekadar saja ia kerjakan. Perasaan kosong itu membuatnya bingung, takut, dan putus asa. Seolah penyesalan akan pilihan yang selama ini ia pikir bisa nembawanya kembali ternyata meninggalkannya sendiri.  Tersesat. Ia tersesat di antara ketidaktahuan akan hidup. Akan keegoisa...

Sejenis Pertanyaan Akan Impian

Gambar
Saat kecil, bermimpi merupakan sebuah keharusan. Berani mengatakan akan jadi apa kau di masa depan. Tak jarang mimpi itu berubah-ubah dan itu merupakan suatu hal yang lumrah.  Ketika dewasa kau semakin yakin akan dihadapkan pada dunia yang seperti apa. Namun, saat kau melihat sekelilingmu keadaan berubah seketika. Berbagai opini tak berisi mampir dalam benakmu. Memecah-belah kerangka mimpi yang kau susun rapi. Merusak kepercayaan kepada diri sendiri. Bukan hanya itu, ada waktu di mana mimpi itu tak lagi berharga. Tak ada lagi gairah untuk mewujudkannya. Hingga suatu ketika kau takut untuk bermimpi. Merasa tak pantas memiliki mimpi.  Antara ingin dan pasrah sama-sama saling menyerah. Kebebasan yang selama ini kau dapatkan pun ternyata beban. Banyak orang yang harus dibahagiakan. Dibanggakan. Serta ditanggung masa depannya. Pikiran hanya tertuju pada dunia; harta. Bahkan bahagia pun seperti hal yang tak wajib ada.  Pemahaman itu kau tau salah. Tak benar. Tapi, e...

Anggapan dianggap dan Tak dianggap

Gambar
Aku tak pernah berani mengecap diriku sebagai seorang 'sahabat', pun belum pernah mendengar dianggap 'sahabat'.  Masa pertama dan terakhirku dianggap atau tak dianggap ketika aku di bangku SMP.  Masih tergambar begitu jelas perlakuan mereka yang dulu pernah memicingkan mata seolah tak suka. Hingga aku melarikan diri ke tempat yang dianggap 'tabu' yang bahkan bisa lebih menerimaku dari yang kukira.  Hingga masa itupun berakhir dan aku dipertemukan dengan kebaikan yang luar biasa. Tak memandangku bagaimana dan seperti apa. Namun, rasanya perlakuan baik itu sebatas kata "sewajarnya". Mungkin orang jawa biasa menyebutnya " ampreh pantese ".  Pernah pula aku merasakan seperti dikhianati, tak dipercayai, bahkan tak dipedulikan. Hal itu sudah menjadi kebiasaan yang sejak kini pun masih pula terjadi dalam hidupku.  Sebab terbiasa aku jadi tak merasakan kecewa berlebihan. Lebih memprioritaskan kelakuan diri sendiri yang lebih baik kepada o...

Melawan Kegagalan

Gambar
Baiklah .  Kegagalan yang pernah kutemui memang tak seberapa dikira. Semenyesal apapun itu ternyata aku masih harus menerima lagi dan lagi. Kembali dari langkah awal mencoba suatu hal. Awalnya menyenangkan, kemudian dipatahkan oleh kegagalan.  Menyebalkan .  Ada baiknya aku bertemu dengannya. Aku bisa lebih berhati-hati sekaligus teliti. Bahwa harapan yang kau ungkapkan tak semudah itu didapatkan. Tak segampang itu digenggam. Lantas, Tuhan menciptakan kegagalan sebagai batu loncatan. Sebagai langkah awal kesuksesan itu kudapatkan.  Sulit .  Memang tidak mudah menyesuaikan diri dengan keadaan serta kenyataan yang tak biasa dilakukan. Dengan kejadian-kejadian yang secara tiba-tiba mengejutkan. Kadang membawa bahagia, tak jarang juga membawa kecewa.  Wajar .  Hidup memang tak semudah itu dibayangkan. Bukan drama televisi yang berakhir happy. Jadi, jangan pasrah dengan kegagalan. Hadapi. Lawan dia dengan semangat berkali-kali. Jatuhkan dia deng...

Semoga ya?

Gambar
Hai..  Sejak kapan kita tak bersua? Sudah lupa atau pura-pura melupa? Jarak antara kau dan aku memanglah beda. Tapi, aku tak pernah inginkan lebih atas jarak yang terlanjur ada. Tak pula angankan bahagia seakan hari esok tetaplah sama—tertawa. Kehadiranmu seakan energi positif untukku tampung. Ucapanmu yang tak pernah memojokkan, gampang mengalah, tak pernah ambil pusing soal sifatku yang terlalu kekanakan. Memang adanya demikian, aku tak bisa buat perubahan. Tuhan sudah hadirkanku tanpa kumau, tanpa kupinta akan jadi seperti apa sejak di kandungan.  Oiya, hari ini lakumu benar-benar membuatku tak karuan kira. Usahaku berprasangka tak jauh dari kata biasa dan semoga. Tapi, ada-ada saja yang inginkanku berbuat dusta. Mengajakku berpikiran jahat tentang keberadaanmu yang memang jarak saja tak mampu hadirkanmu di hadapanku. Segera kutepiskan pikiran itu. Kubuang jauh-jauh seakan tak pernah bertemu. Dan nyatanya, aku bisa melawan prasangka buruk itu.  Aku tak mema...

Sekian.

Gambar
Rupamu masih sama; muram durja  Menunjukkan sisi paling tak diingini,  Berusaha melepas karut-marutnya duniawi,  Berujung 'terserah' lalu kembali 'pasrah'.  Anggapan bahagia di depan sana tak kunjung terjamah rasa,  Hanya mengaduk-aduk logika berdalih fakta tak berupa,  Seolah meyakinkan namun menjerumuskan.  "Masa bodo dengan pandangan orang" p ikirmu  Melelahkan,  Melemahkan,  Sekian.  —Hanya Aku— 

Ada apa?

Tiap kali mata ini masih terjaga,  Pasti ada pikiran kalut di dalam dada.  Menyudutkan diri sendiri dalam kekhawatiran,  Menyalahkan diri sendiri atas segala kepahitan.  Jika tidak segera dibaringkan dengan mata terpejam,  Otakku hanya akan mengumpulkan materi negatif.  Tentu saja mulutku tetap membisu.  Namun, otakku akan selalu bicara tiap kali ingin ku istirahatkan.  Bahkan bukan lagi dia yang memenuhi semuanya.  Tapi dia hanya berubah tugas.  Dari yang awalnya objek kebetulan menjadi objek kesengajaan yang pura-pura diselesaikan.  Ini bukan lagi prosa yang awalnya ingin kujadikan. Tapi, malah jadi cerita bercandaan yang dipaksa keluar. Padahal aku ingin mengenangnya malam ini. Eh, kenapa begini yang tercipta.  Maaf. Harus membuang-buang waktu untuk membuka tulisan yang tak pernah bisa diajak serius. Padahal aku sudah berniat ingin memberimu wejangan terhebatku. Kehendakku dikendalikan tangan dan otakku malam ini. Aku terpak...