Tentang Pemuda dan Pemudi Letih

Begitupun engkau, setelah lelah mencari tau, menebak-nebak rasa apakah yang hendak dikecap, membual tentang jus mangga dan jus jambu enakan yang mana. Dia melupakan sesuatu, tentang Pemuda dan Pemudi letih penikmat sepi dan pengiba cinta. Keduanya saling bertukar butuh dan kambuh. Perempuan itu berkata "Tawaku selalu lepas tanpa alasan yang pasti. Entah karena bualanmu, atau karena hadirmu yang kusyukuri". 
Setelah perbincangan singkat itu, Tuhan memberikannya jalan keluar. Lewat ungkapan-ungkapan misterius yang datang dari beberapa orang. Mengisahkan seorang pemuda yang enggan lagi jatuh suka, enggan untuk berbagi keluh bersama wanita baru yang sama sakitnya. Masa lalu yang ia terima mungkin begitu pedih, kepercayaan pada wanita penjaga kelontong sudah memudar. Entah hanya pada jenis yang sama atau hanya pengalihan saja untuk dipercaya Dia pun tak tau pasti. 
Kemungkinan ditinggalkan dan meninggalkan yang kesekian kalinya sudah di pelupuk mata. Ia terasa, tapi tak terlihat nyata adanya. Hatinya dibutakan oleh harap, oleh sepi yang sudah lama mendekapnya sedari lama. Entahlah, perempuan ini memang unik. Stoikisme tentang hidup dan lingkungannya sudah mendarah daging. Hatinya sudah mati rasa. Selalu ia terima yang datang dan pergi begitu saja berulangkali. Gairah akan hidup sudah asing di kepala, sudah memudar bersama tangisannya yang membisu. 
Lantas, hati mana yang kelak akan menerima kekurangannya, kelemahannya, serta pemikirannya yang kolot itu. Perempuan itu berpikir, "Apakah yang memilikinya kelak bisa dikatakan beruntung? Apakah yang memilihnya kelak bisa bersyukur?". 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis Struktural Cerpen Harimau Belang Karya Guntur Alam

Bapak Lagi

Jalan Masing-Masing