Wahai Kekasih yang Selesai


Aku sedang bercengkrama dengan siutnya angin ketika kau sibuk memindahkan lukamu padaku yang mulai lebam.
Aku telah sudi menjadikanmu seluruhnya pada hidupku yang kukira tak layak dan tak berhak memilih.
Tapi, ternyata nasibku memang buruk. 
Semakin aku merasa tak pantas, semakin banyak pula lebam yang kudapat.

Kakimu mulai menjauh dari balik punggungku yang kecil menopang. 
Tak ucapkan syukur dan perasaan maaf padaku yang mulai basah kuyup oleh derai air mata. 
"Salahku lagi?"
"Apa lagi?"
Tanyaku pada diri sendiri yang ditinggalkannya jatuh sejatuh jatuhnya di tengah jalan dengan ketidakpastian itu. 

Kulihat lagi jejak kakimu yang masih basah. 
Kurasakan lagi perasaan acuhmu yang sudah selesai. 
Ini dia, si perempuan angkuh nan indah menjadi bagian dari luka kekasihnya yang gila. 
Kekasihnya yang sudah selesai dengan masa lalunya. 
Tapi dia akan tetap cacat. 
Sikapnya itu akan jadi malapetaka bagi perempuan lain yang kelak menerimanya secara sukarela. 
Meskipun lukanya meninggalkan bekas, ia hanya bisa menyaksikan indah pada dirinya sendiri.

Wahai kekasihku yang telah selesai.
Aku akan menjadi wanita hebat yang akan menyaksikanmu sesak sebab tinggalkan lebam padaku yang sunyi ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis Struktural Cerpen Harimau Belang Karya Guntur Alam

Bapak Lagi

Jalan Masing-Masing