Simpang Siur
Semakin bertambah usia bukannya tambah amalannya malah semakin sulit menerima. Semakin dibutakan dunia. Seolah yang telah digariskan tak dapat dipercaya.
Keyakinan akan hal itu masih ada. Hanya saja semakin berkurang jumlahnya. Ketakutan akan kebenarannya pun sempat menciutkan nyali. Tapi, tak bertahan lama. Ia sering diingatkan takdir, diingatkan kematian, dan hari akhir. Ingatannya membantunya pulih, tapi kehidupan masih gigih mengajaknya egois.
Kedewasaan itu membuatnya payah sekaligus tak terarah. Kadang sedih, kadang bahagia berlebihan. Ada kalanya waktu membuatnya termenung atas kekosongan yang selama ini jadi beban di otaknya. Pikiran tentang-Nya semakin samar. Bahkan kewajiban pun sekadar saja ia kerjakan. Perasaan kosong itu membuatnya bingung, takut, dan putus asa. Seolah penyesalan akan pilihan yang selama ini ia pikir bisa nembawanya kembali ternyata meninggalkannya sendiri.
Tersesat. Ia tersesat di antara ketidaktahuan akan hidup. Akan keegoisan dan ketidaksabaran akan perubahan yang ia idamkan. Langkah yang ia dahulukan justru membuat dirinya sendiri hilang. Perasaan nyaman akan masa yang akan datang itu hanya ilusi.
Ia gadaikan kesusahan yang dahulu dengan jalan yang tak pernah ia tau. Sekadar menebak hasil tanpa mau tau prosesnya. Janji yag dahulu sempat ia ucapkan kini ia patahkan sepihak. Alasannya sederhana; capek. Sebenarnya ia hanya tak percaya akan apa yang ia kerjakan. Ia terlalu banyak memberi tanpa pernah minta digaji. Namun, semakin ia menerima semakin sakit perasaan tak diterima itu muncul. Seperti keinginan ingin dibalas tapi takut meminta balas. Keinginan untuk tak lagi memberi tapi takut dengan pengkhianatan. Setelah dikhianati pun ia masih mencoba, tapi tak sedalam dahulu ia menerima.
Lagi-lagi sekadarnya jadi alasannya menerima. Jadi pegangannya untuk bersikap gapapa. Tiada yang lebih tau dan lebih mau menerima dirinya selain dirinya sendiri. Pencarian yang ia lakukan hanya permainan. Ia tak pernah benar-benar percaya masih ada ketulusan pada tiap manusia yang ia temui.
Benar atau salahkah semua itu ia pikirkan? Tak ada yang tau jawaban pastinya. Selagi masih ada dan selalu berusaha. Hidupnya akan baik-baik saja. Perasaan kosong itu ia tau karena apa. Hanya ia sedang mencari harus bagaimana.
Komentar
Posting Komentar