Semoga ya?
Hai..
Sejak kapan kita tak bersua? Sudah lupa atau pura-pura melupa? Jarak antara kau dan aku memanglah beda. Tapi, aku tak pernah inginkan lebih atas jarak yang terlanjur ada. Tak pula angankan bahagia seakan hari esok tetaplah sama—tertawa. Kehadiranmu seakan energi positif untukku tampung. Ucapanmu yang tak pernah memojokkan, gampang mengalah, tak pernah ambil pusing soal sifatku yang terlalu kekanakan. Memang adanya demikian, aku tak bisa buat perubahan. Tuhan sudah hadirkanku tanpa kumau, tanpa kupinta akan jadi seperti apa sejak di kandungan.
Oiya, hari ini lakumu benar-benar membuatku tak karuan kira. Usahaku berprasangka tak jauh dari kata biasa dan semoga. Tapi, ada-ada saja yang inginkanku berbuat dusta. Mengajakku berpikiran jahat tentang keberadaanmu yang memang jarak saja tak mampu hadirkanmu di hadapanku. Segera kutepiskan pikiran itu. Kubuang jauh-jauh seakan tak pernah bertemu. Dan nyatanya, aku bisa melawan prasangka buruk itu.
Aku tak memastikanmu ada di masa depanku. Pun juga tak memastikanku bisa selalu mengandalkanmu. Karena, sejak awal langkah kita berbeda. Tempatmu berdiri terlalu jauh untuk kusamakan. Sedangkan tempatku, aku saja tak tau hendak kuapakan. Yang kubisa lakukan hanya selalu ada saat kau minta. Selalu siap tiba-tiba bercanda.
Iya, aku percaya jalanmu sudah memberikanmu tujuan. Sedangkan aku sedang tersesat dan tak tau jalan. Hendak kuapakan dan dikemanakan. Semoga Tuhan menyemogakan semoga yang kau pinta dengan tulus itu. Membuatmu percaya dan yakin suatu saat akan dipertemukan dengan ketetapan bukan sekadar penerimaan. Tapi juga sebuah ketulusan bukan keterpaksaan.
Amiinn..
—Hanya Aku—
Komentar
Posting Komentar