Terima Kasih


Kepada semesta yang tak pernah aku meminta lebih. Kepada takdir yang mana aku tak pernah memungkiri kehendak-Nya. Kepada aku yang terlalu banyak menyumpahi diri sendiri. Dan kepada lingkungan yang terlalu baik untuk menghadirkan aku diantaranya. Terima kasih atas kebaikan yang selama ini Cuma-Cuma kudapatkan. Yang tak pernah aku meminta yang sebaik dan sesempurna ini kudapatkan. Terima kasih atas segala perasaan yang pertama kali aku dapatkan. Perasaan yang membuatku merasa cukup untuk dilahirkan, dan tidak pernah ingin dilahirkan kembali. 
Begitu banyak kepahitan yang sengaja kutelan sendiri. Begitu banyak hadiah yang kudapat setelahnya pula. Aku ingin semua itu berada dalam ingatanku sendiri, dalam kisah yang tak ingin kusengajakan hadir dan menetap untuk tiap kepala orang-orang. Semakin aku mencoba menutupinya, semakin tak kuasa diriku muak dibuatnya. Muak karena sebenarnya aku tidak pernah bisa menahan semua itu sendirian, muak untuk mengeluhkan semua itu tanpa adanya pendengaran yang benar-benar mendengarkan, muak karena aku malah berusaha baik-baik saja padahal aku sedang berlari menjahuinya. 
Aku tak pernah merasa kesal atas segala respon yang tak sesuai dengan keinginan, dan untuk apa pula aku berharap sesuatu kepada sesuatu yang tak mengerti dan paham tentang sesuatu itu sendiri. Kini aku pun merasa yakin bahwa timbal balik itu tercipta dari aku yang dahulu melakukan hal yang sama. Sama-sama merasa diri ini selalu baik-baik saja, merasa paling mengerti padahal aku sendiri tak paham dengan kebanyakan cerita yang sengaja mereka keluhkan. Aku merasa bahwa aku tak pantas dan tak bisa memberikan yang terbaik terhadap apa yang mereka keluhkan. Aku hanya bisa meminjamkan telinga dan mataku untuk selalu tertuju pada apa yang mereka ungkapkan. 
Terima kasih berkat semua itu aku sedikit lebih paham tentang artinya menghormati keputusan dan kehidupan orang lain yang tak selalu menyenangkan dilihat. Aku belajar untuk tak seegois dulu ketika aku memikirkan perasaanku sendiri. 
Sebenarnya aku masih merasa muak dengan banyak hal; siklus kehidupan; kebiasaan buruk; perasaan hancur yang bertumpu pada gapapa; perasaan wajar, dan; keputusan akan suatu hal. 
Aku tidak ingin banyak berharap tentang ini. Aku hanya merasa lega atas serangkaian kata yang tertulis secara tidak sengaja dan membuatku sedikit tenang dan ringan setelah menuliskannya. 
Tuhan terima kasih. 
Alhamdulillah. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis Struktural Cerpen Harimau Belang Karya Guntur Alam

Bapak Lagi

Jalan Masing-Masing