Bapak Lagi

Bapak, kenapa hidup ini susah dimakna? 
Aku harus apa untuk menjadi selayaknya manusia? 

Bapak.. 
Anakmu sudah bertambah usia, begitupun denganmu. 
Apakah takdir masih kekeuh untuk membuatku bingung dengan jalan hidup yang telah diatur? 
Ataukah takdir sedang bercengkrama dengan  Tuhan, menertawakan sikapku yang diambang kepalsuan. 

Bapak, 
Andaikan waktuku terjerat kepingan fana dan aku tak mampu lepas darinya, apakah takdir tetap sama saja? 
Ataukah ini yang ditakdirkan untukku? 

Bapak, 
Anakmu sudah pasrah, jika takdir tak dirasa cukup untuk dipertahankan, jika impian tak lagi diagungkan, aku akan tetap seperti ini saja. 
Tetap bertahan seraya mengeluh tanpa pernah tau alasan akan perasaan keluh yang semakin hari semakin yasudahlah... 

Bapak, 
Semoga kelak aku masih bisa menemuimu dengan kedua mata anakku. 
Masih bisa bercengkrama dan membicarakan esok akan ke mana. 
Membicarakan tentang pohon rambutan tetangga yang menimbulkan prasangka serta perasaan kesal. 
Meskipun akhirnya kau hanya menebarkan kata "yasudahlah, memang setidak punyanya hati itupun tetap makhluk". 

Bapak, 
Keren sekali memanggilmu dengan sebutan 'Bapak' 
Aku bersyukur pernah dan masih ada di sini sekarang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis Struktural Cerpen Harimau Belang Karya Guntur Alam

Jalan Masing-Masing