Hidup Mampir Iba


Ternyata memeluk diri sendiri tidak semudah itu.
Ternyata membiarkan semua luka dan kesepian yang awalnya terasa biasa mendadak menyesakkan. 
Semakin lama rasanya menyesakkan.
Memeluk diri sendiri penuh harap, sedangkan butuh dekapan yang lebih hangat. 
Aku membiarkan diriku sendiri runtuh dan berantakan. 
Berbelas kasih pada cerita orang, sedangkan pada diri sendiri saja tak acuh. 
Aku mengasihi diriku sendiri yang kesulitan membawa masuk orang lain masuk ke duniaku. 
Yang berusaha memahami serta membantuku. Sebab aku sudah terlalu muak bercerita dari awal, dari mana lagi?
Aku menelan perkataan banyak orang itu dengan menerima, tanpa pamrih, tanpa penyesalan. Padahal aku butuh juga demikian. Didengarkan, bukan hanya sebatas penasaran atau menghabiskan waktu luang. Aku pernah ingin bercerita namun dibiarkan bermonolog tanpa balasan. 
Aku sudah cukup muak Tuhan. 
Apa harus, apa harus aku?
Kenapa selalu? 
Kenapa selama ini? 
Kenapa sendiri? 
Kenapa harus aku yang sendiri terbaring tak berdaya. 
Bukannya mendramatisir diri dan kehidupan. 
Apakah aku tidak layak dirayakan? 
Apakah aku tidak layak dibanggakan dan dibahagiakan? 
Menyesakkan.
Menyedihkan. 
Selain menikmatinya aku tak tau lagi harus apa dengan hidupku yang hanya mampir iba ini. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis Struktural Cerpen Harimau Belang Karya Guntur Alam

Bapak Lagi

Jalan Masing-Masing