Postingan

Bapak Lagi

Gambar
Bapak, kenapa hidup ini susah dimakna?  Aku harus apa untuk menjadi selayaknya manusia?  Bapak..  Anakmu sudah bertambah usia, begitupun denganmu.  Apakah takdir masih kekeuh untuk membuatku bingung dengan jalan hidup yang telah diatur?  Ataukah takdir sedang bercengkrama dengan  Tuhan, menertawakan sikapku yang diambang kepalsuan.  Bapak,  Andaikan waktuku terjerat kepingan fana dan aku tak mampu lepas darinya, apakah takdir tetap sama saja?  Ataukah ini yang ditakdirkan untukku?  Bapak,  Anakmu sudah pasrah, jika takdir tak dirasa cukup untuk dipertahankan, jika impian tak lagi diagungkan, aku akan tetap seperti ini saja.  Tetap bertahan seraya mengeluh tanpa pernah tau alasan akan perasaan keluh yang semakin hari semakin yasudahlah...  Bapak,  Semoga kelak aku masih bisa menemuimu dengan kedua mata anakku.  Masih bisa bercengkrama dan membicarakan esok akan ke mana.  Membicarakan tentang poho...

Bapak Si Silent Treatment

Gambar
Rindu masa di mana tiap malam ketiduran di depan TV, digendong Bapak dipindah ke kamar tidur. Kalau enggak dibawain bantal terus diselimutin.  Rindu dibonceng Bapak tiap berangkat dan pulang sekolah. Apalagi pas hujan selalu pakek mantel kelelawar yang ngumpet di balik punggung Bapak.  Rindu banget masa sekolah yang enggak mikir besok harus kerja, harus nabung, harus buat orang tua bahagia, nyari jodoh biar rumah bisa nambah personil.  Karena jadi anak tunggal yang love language -nya silent treatment itu sepi banget.  Kita enggak pernah tau gimana susah dan ribetnya Emak Bapak waktu enggak ada duit buat bayar listrik, enggak tau susahnya mereka harus bayar cicilan dan terpaksa nunggak karena enggak punya tabungan.  Bapak adalah orang baik yang selalu siap bantu orang lain sebisa dia bantu. Bahkan, hal besar yang dianggap berharga pun dianggap remeh sama Bapak. Semudah itu dikasih ke orang lain. Kata Bapak " Pokok e adewe niate nandur apik, mbuh kui ...

Kasih yang Pulang

Gambar
Ada yang salah dengan ratapan burung pelatuk sore itu.  Ia berusaha bangkit dari tangisnya yang sempit,  yang menderu sampai ke ujung dahan.  Kasihnya pulang,  ia pun tak lagi punya rumah untuk pulang,  untuk bercakap apalagi bersenda.  Rupanya, beberapa ucapan yang keluar tanpa permisi itu menancap betul pada hati sang kasih.  Ia baru sadar,  Mungkinkah iya, atau tidak?  Sang kasih sudah lebih dahulu menyerah,  Ia pun pasrah tanpa arah.  Ia kangen, kangen... Sekali  sampai ingatannya saja membuatnya bahagia sementara.  Tapi, hidup harus terus berjalan bukan?  "Kasihku hanya sedang pulang, tidak untuk pergi" begitu ucapnya pasrah.

Jalan Masing-Masing

Gambar
Inginku menuliskanmu dalam lembaran kenang berbatas luka.  Sembari asyik menyulam sabar  di depan teras penantian yang tak lekas pulang.  Sambil luka, sambil terbiasa,  dan kembali biasa.  Langkahmu tak pernah sampai di sini.  Hanya perasaan bersalah  yang menyalipmu masuk kemari.  Tentu bukan salah siapapun,  bukan pula ingin siapapun.  Lagipula, keputusan itu sudah benar.  Sudah terwujud dan diwujudkan.  Tak apa lagi,  harus saling terima lagi.  Jalan masing-masing lagi.  Dan kepada Si Jelita  Kasihku padamu atas prihatin, belas kasih, serta ucap manis yang meneduhkan.  Kucukupkan resah luka yang menderu itu bersama angan yang bukan lagi milikku.  Mari, kembali menjamu temu dengan perasaan bebas dan tuntas. 

Wahai Kekasih yang Selesai

Gambar
Aku sedang bercengkrama dengan siutnya angin ketika kau sibuk memindahkan lukamu padaku yang mulai lebam. Aku telah sudi menjadikanmu seluruhnya pada hidupku yang kukira tak layak dan tak berhak memilih. Tapi, ternyata nasibku memang buruk.  Semakin aku merasa tak pantas, semakin banyak pula lebam yang kudapat. Kakimu mulai menjauh dari balik punggungku yang kecil menopang.  Tak ucapkan syukur dan perasaan maaf padaku yang mulai basah kuyup oleh derai air mata.  "Salahku lagi?" "Apa lagi?" Tanyaku pada diri sendiri yang ditinggalkannya jatuh sejatuh jatuhnya di tengah jalan dengan ketidakpastian itu.  Kulihat lagi jejak kakimu yang masih basah.  Kurasakan lagi perasaan acuhmu yang sudah selesai.  Ini dia, si perempuan angkuh nan indah menjadi bagian dari luka kekasihnya yang gila.  Kekasihnya yang sudah selesai dengan masa lalunya.  Tapi dia akan tetap cacat.  Sikapnya itu akan jadi malapetaka bagi perempuan lain yang kelak meneri...

Do'a Baik

Gambar
Alhamdulillah ... Alhamdulillah ..  Alhamdulillah ..  Aku melihat rona di wajahnya yang menyenangkan itu. Dia, merakyat oleh banyak temannya yang dirasa baik baginya.  Aku, bukanlah salah satu dari itu.  Aku meninggalkannya sebagai perasaan sungkan dan tak pantas.  Perasaan cukup dan pasrah.  Aku, tidak akan mengatakan "jikalau waktu itu..." lagi dengan sadar diri.  Cukuplah aku yang dulu pernah menjadi bagian dari proses hidupnya.  Cukuplah aku yang mengira dan dikira salah dari perkiraannya.  Aku memang sosok yang egois.  Berlagak paling, padahal memang kethul otaknya.  Tuhan, jika esok hari aku hanya akan jadi racun bagi lingkungan yang mengira aku baik baginya, biarkan saja rasa ini cukup aku yang tau dan menghindar.  Cukup aku yang merasa buruk dan paling antagonis di sini.  Aku merasa lelah, perkenalan yang kukira baik bagiku dan baginya, kini memang cuma kembang randu.  Jadi perjanjian lama yang tak...

Harus kuapakan hari esok?

Gambar
Ada yang sedang memisahkan diri dari teman dan tetangganya. Memang kenapa? Aku hanya menjauh dari keramaian, bukan berarti putus hubungan kan?  Aku hanya mengajak diriku sendiri untuk istirahat sejenak, melonggarkan otak dan jiwaku dari ramainya omongan orang. Dari sumpah serapah yang selama ini kutelan sendiri.  Sangking muaknya, aku lelah untuk berbicara. Jadi, kuhabiskan waktuku untuk diam dan menikmati sunyinya kamar dan melihat kucingku yang berlarian kesana-kemari.  Lusa, aku ingin jalan sendiri ke tempat rindang dan sejuk. Tapi, tiap kali inginku merebak, hasratku tak sanggup ke sana sendiri. Tapi, tak ada orang lain yang bisa menemaniku. Kuajak bicara dan mendengarkan keluh kesahku kali ini.  Aku benar-benar muak dan meledak.  Padahal ada banyak pekerjaan yang harus kucicil. Harus kuapakan hari esok?