Postingan

Tentang Pemuda dan Pemudi Letih

Gambar
Begitupun engkau, setelah lelah mencari tau, menebak-nebak rasa apakah yang hendak dikecap, membual tentang jus mangga dan jus jambu enakan yang mana. Dia melupakan sesuatu, tentang Pemuda dan Pemudi letih penikmat sepi dan pengiba cinta. Keduanya saling bertukar butuh dan kambuh. Perempuan itu berkata "Tawaku selalu lepas tanpa alasan yang pasti. Entah karena bualanmu, atau karena hadirmu yang kusyukuri".  Setelah perbincangan singkat itu, Tuhan memberikannya jalan keluar. Lewat ungkapan-ungkapan misterius yang datang dari beberapa orang. Mengisahkan seorang pemuda yang enggan lagi jatuh suka, enggan untuk berbagi keluh bersama wanita baru yang sama sakitnya. Masa lalu yang ia terima mungkin begitu pedih, kepercayaan pada wanita penjaga kelontong sudah memudar. Entah hanya pada jenis yang sama atau hanya pengalihan saja untuk dipercaya Dia pun tak tau pasti.  Kemungkinan ditinggalkan dan meninggalkan yang kesekian kalinya sudah di pelupuk mata. Ia terasa, tapi ta...

Sebentar

Gambar
Masa sulit itu mungkin bisa jadi pelajaran hidup yang berharga. Masa di mana kehilangan diri sendiri adalah hal paling hopeless daripada kehilangan kekasih. Kadang diri sendiri memang harus lebih paham apa yang baik dan tidak baik, apa yang disuka dan tidak, yang dibutuhkan dan yang musti diikhlaskan.  Tapi, ada kalanya diri sendiri tidak mengenal sebaik itu. Seperti potongan lain dari diri sendiri versi yang lebih buruk. Entah itu perbedaan atau perubahan, yang terjadi memang tidak mudah diterima. Selamanya perasaan itu hanya bertahan di pikiran. Oleh karenanya, perasaan pandai untuk dikibuli "aahh mungkin besok akan berlalu, salahku sendiri memang, aku terlalu ceroboh, ah sudahlah".  Begitulah kiranya kata-kata yang berhasil menuduh diri sendiri sebagai pelaku kesalahan dan kegagalan yang telah terjadi. Padahal tidak sepenuhnya semua berasal dari diri sendiri. Sebut saja Puan, wanita malang yang berani memungut perasaannya sendiri yang sudah hancur berkali-kali...

Sementara

"Lena, mau ke mana pagi-pagi begini sudah rapi saja kau" tanya Renjana.  Lena membalikkan badan seraya berkata "Eh bang, ini nih mau ke kampung sebelah. Kebetulan anak pramuka ada acara di sana, trus aku disuruh bantu-bantu katanya".  "Yuk!" kata Renjana sambil menepuk-nepuk jok motornya. "Gaslahhh! Tengkyu bang!" kata Renjana dengan logat jawa yang masih menempel.  Pagi itu terasa begitu lengang, sebab kendaraan tak memenuhi jalanan seperti biasanya. Bukan hanya itu, udara pagi yang terasa bersih masuk ke hidung dengan sempurna. Belum bercampur polusi apalagi bau kandang sapi di belakang rumah Juragan Eko yang terkenal memiliki sapi perah terbanyak sedesa.  Sesampainya di lokasi, Lena berlari sambil melepas helm yang dikenakannya lalu dilemparkannya kepada Renjana yang reflek menangkapnya sambil menggeleng-gelengkan kepala tanda maklum. 

Apa kabar?

Gambar
Kabar baik kan?  Ngomong-ngomong, ada hal baru apa sih yang membuat kamu senang akhir-akhir ini? Ada kan?  Kayaknya pertanyaan yang susah dijawab sih untuk orang yang selalu merasa tak ada yang istimewa setiap harinya. Setiap pagi bangun tidur dengan wajah serta perasaan yang hampa. Ada ruang kosong yang menuntut untuk diisi, entah oleh apa dan bagaimana caranya tak tau pasti.  Meskipun ada beberapa hal yang membuat beda, entah rutinitas sebagai siswa atau mahasiswa yang emang gitu-gitu aja. Bagi manusia satu ini, sebelum bertemu keramaian sih sudah merasa bahagia sekaligus excited ya. Cuma, yang membuat kecewa justru itu, saat kebahagiaan yang sudah dibayangkannya tak sesuai dengan realita yang ada. Ketika yang diusahakan "Jika nanti akan begini dan seperti ini bila diberikan situasi yang seperti ini". Sudah sejauh itu disusun rapi di ingatan.  Kenapa kenyataan begitu pahit sih?  Adakah dendam yang dimiliknya sampai-sampai tak sekalipun mau bekerja...

Kenalin, namaku Lena.

Gambar
Lena Puspita Sari. Kata bapak nama itu dipilih sebab "ingin saja" katanya, ahaha aneh-aneh saja bapak. Memang, dia orang paling aneh dan nyeleneh yang pernah kukenal. Bapak sekaligus orang yang merangkap sebagai seorang sahabat untukku sejak ibu meninggal sejak aku masih TK. Waktu di mana seorang anak perempuan paling membutuhkan kasih sayang seorang ibu serta pelukan. Aku ingat pertama kali masuk TK waktu itu ibu masih sehat, beliau mengantarku ke sekolah sampai gerbang. Ketika aku sudah bertemu ibu guru sambil mengucapkan salam bersamaan dengan teman-temanku dengan gaya dan perilaku yang sudah biasa kami lakukan, yahhh tangan kami semua memegang tangan guru, bahkan sangking banyaknya murid kedua tangan guru penuh dengan genggaman murid-muridnya yang berdesakan bergantian mengucapkan salam. Kami mengucapkan salam dengan suara keras dan lantang serta berirama "Assalaamualaikum warahmatullaahi wa barakaatuh" andai saja waktu itu bisa kurekam, pasti saat i...

Berbuat Baik Bukanlah Kesalahan

Gambar
Lucu saja sih, sudah tau hidup ini hanya kepastian menunggu giliran pulang dan dunia bukan tujuan kemudian masih saja menggantungkan bahagia dengan dunia. Semakin ke sini jadi sulit membedakan ego dengan 'seharusnya'. Lambat laun bisa jadi tuh, kehilangan diri sendiri yang selalu menang sendiri.  Bukan main. Bahkan ia sudah kehilangan itu semua; diri sendiri, kedamaian hati, Tuhan, semangat hidup, masa depan, dan tujuan hidup. Semua terjadi sejak ia temui perasaan senang yang berlebihan pada seseorang, lalu berakhir sebelum semuanya dimulai.  Kehilangan apa saja yang ia alami?  Kehilangan mimpi yang awalnya diyakini bahwa hanya itu yang harus dilakukan, karena selain itu ia tak tau harus jadi apa. Tenyata eh ternyata, ia justru tak yakin bisa sehebat itu menggapai mimpi. Banyak kejadian yang menjadikannya down , salah satunya sebab lingkungan yang jauh lebih hebat dan luar biasa dari yang dikira. Sebab lain karena takut mencoba, takut bertemu hal baru yang har...

Midun

Gambar
Midun. Aku bertemu dia di perempatan jalan selatan kampusku. Siang itu aku pergi bersama temanku ke sebuah warung untuk membelik makanan ringan sambil mengerjakan tugas yang belum selesai. Aku duduk di sebuah kursi panjang berhadapan dengan temanku, dengan segelas popice coklat di atas meja. Aku terdiam sambil menatap ke jalanan. Kutemui seorang lelaki pendek berkulit sawo matang sedang berdiri di tengah jalan, dengan sebuah tongkat berwarna orange di tangan. Memakai topi berwarna biru yang hampir pudar keabu-abuan. Tiap ada yang akan menyeberang ia ayunkan tongkat itu sambil meniup peluit yang tergantung di lehernya. Ia sigap melihat jalan, mengawal seorang anak kecil dari sebelah timur perempatan. Merangkulnya dengan lembut sembari menuntunnya berjalan. Bahkan, siang itu matahari begitu terik terasa. Tapi ia tak pernah memerlihatkan rasa lelah yang ia terima. Senyumnya itu, selalu ia berikan pada siapapun yang lewat. Kadang ada saja yang tak acuh padanya, tak memberinya...