Postingan

Harus kuapakan hari esok?

Gambar
Ada yang sedang memisahkan diri dari teman dan tetangganya. Memang kenapa? Aku hanya menjauh dari keramaian, bukan berarti putus hubungan kan?  Aku hanya mengajak diriku sendiri untuk istirahat sejenak, melonggarkan otak dan jiwaku dari ramainya omongan orang. Dari sumpah serapah yang selama ini kutelan sendiri.  Sangking muaknya, aku lelah untuk berbicara. Jadi, kuhabiskan waktuku untuk diam dan menikmati sunyinya kamar dan melihat kucingku yang berlarian kesana-kemari.  Lusa, aku ingin jalan sendiri ke tempat rindang dan sejuk. Tapi, tiap kali inginku merebak, hasratku tak sanggup ke sana sendiri. Tapi, tak ada orang lain yang bisa menemaniku. Kuajak bicara dan mendengarkan keluh kesahku kali ini.  Aku benar-benar muak dan meledak.  Padahal ada banyak pekerjaan yang harus kucicil. Harus kuapakan hari esok? 

Kangen

Gambar
Pict by: Me  Aku cuma mau pulang. Pulang ke rumah yang cuma ada kita, ada Emak dan Bapak yang bahagia.  Ada anak kecil manis dan rupawan menyambut kita pulang. Mendoakan kesehatan dan keselamatan kita tiap hari.  Asalkan bersama, saling mengerti dan terima, kita cuma butuh syukur dan ikhlas menjalani hidup.  Meskipun ada pertengkaran kecil nantinya, kita bisa kok menyelesaikan segalanya dengan meredam amarah masing-masing, dengan kepala dingin, dan mendengarkan keluh dan kesah tiap kepala. Tidak ada yang dominan, hanya pertukaran data antar si kecil yang menyeka air mata sebab aku yang tak hiraukan hadirnya di dapur. Kau marah sejenak dan menanyakan padaku apa yang terjadi, mendengarkan dengan serius sambil mengangguk beberapa kali.  Kau lembut, kau bijaksana, aku menyukai hal itu. Kau seseorang yang tidak kasar, peduli, dan selalu menghormatiku. Menyayangiku dan keluargaku.  Kelak, di manapun kau berada, aku harap kita lekas bertemu satu sama ...

Percayakanlah!

Gambar
Kita kerap kali lupa, bahwa nyawa hanyalah titipan.  Benda dan perasaan kasih pada secinta juga titipan.  Seharusnya layak untuk disyukuri, baik duka dan sukanya datang berdekapan.  Harus ada yang pasrah, ada juga yang tak terima. Baiknya bagaimana pun bergantung pada percayanya diri sendiri pada diri sendiri.  Buktinya, sejauh ini meskipun kerap merasa kesal dan lelah. Tuhan masih saja berikan mudah, berikan hari esok untuk kembali berjuang. Berikan orang baik untuk berbagi keluh.  Manusiawilah..  Kalau mau dimanusiakan ya manusiakan manusia lain yang berusaha baik, meskipun yang dimaksud baik juga belum tentu baik.  Risih juga dengar omongan yang mampir dari kepala sendiri. Yaa kalau itu njeplak dari omongan orang lain masihlah patut untuk marah, lha kalau berasal dari pikiran sendiri, masa iya marah dengan diri sendiri, tidak terima pada apa yang terjadi, merendahkan kemampuan yang ada, dan lainnya yang belum terlampir tentunya.  K...

Tentang Pemuda dan Pemudi Letih

Gambar
Begitupun engkau, setelah lelah mencari tau, menebak-nebak rasa apakah yang hendak dikecap, membual tentang jus mangga dan jus jambu enakan yang mana. Dia melupakan sesuatu, tentang Pemuda dan Pemudi letih penikmat sepi dan pengiba cinta. Keduanya saling bertukar butuh dan kambuh. Perempuan itu berkata "Tawaku selalu lepas tanpa alasan yang pasti. Entah karena bualanmu, atau karena hadirmu yang kusyukuri".  Setelah perbincangan singkat itu, Tuhan memberikannya jalan keluar. Lewat ungkapan-ungkapan misterius yang datang dari beberapa orang. Mengisahkan seorang pemuda yang enggan lagi jatuh suka, enggan untuk berbagi keluh bersama wanita baru yang sama sakitnya. Masa lalu yang ia terima mungkin begitu pedih, kepercayaan pada wanita penjaga kelontong sudah memudar. Entah hanya pada jenis yang sama atau hanya pengalihan saja untuk dipercaya Dia pun tak tau pasti.  Kemungkinan ditinggalkan dan meninggalkan yang kesekian kalinya sudah di pelupuk mata. Ia terasa, tapi ta...

Sebentar

Gambar
Masa sulit itu mungkin bisa jadi pelajaran hidup yang berharga. Masa di mana kehilangan diri sendiri adalah hal paling hopeless daripada kehilangan kekasih. Kadang diri sendiri memang harus lebih paham apa yang baik dan tidak baik, apa yang disuka dan tidak, yang dibutuhkan dan yang musti diikhlaskan.  Tapi, ada kalanya diri sendiri tidak mengenal sebaik itu. Seperti potongan lain dari diri sendiri versi yang lebih buruk. Entah itu perbedaan atau perubahan, yang terjadi memang tidak mudah diterima. Selamanya perasaan itu hanya bertahan di pikiran. Oleh karenanya, perasaan pandai untuk dikibuli "aahh mungkin besok akan berlalu, salahku sendiri memang, aku terlalu ceroboh, ah sudahlah".  Begitulah kiranya kata-kata yang berhasil menuduh diri sendiri sebagai pelaku kesalahan dan kegagalan yang telah terjadi. Padahal tidak sepenuhnya semua berasal dari diri sendiri. Sebut saja Puan, wanita malang yang berani memungut perasaannya sendiri yang sudah hancur berkali-kali...

Sementara

"Lena, mau ke mana pagi-pagi begini sudah rapi saja kau" tanya Renjana.  Lena membalikkan badan seraya berkata "Eh bang, ini nih mau ke kampung sebelah. Kebetulan anak pramuka ada acara di sana, trus aku disuruh bantu-bantu katanya".  "Yuk!" kata Renjana sambil menepuk-nepuk jok motornya. "Gaslahhh! Tengkyu bang!" kata Renjana dengan logat jawa yang masih menempel.  Pagi itu terasa begitu lengang, sebab kendaraan tak memenuhi jalanan seperti biasanya. Bukan hanya itu, udara pagi yang terasa bersih masuk ke hidung dengan sempurna. Belum bercampur polusi apalagi bau kandang sapi di belakang rumah Juragan Eko yang terkenal memiliki sapi perah terbanyak sedesa.  Sesampainya di lokasi, Lena berlari sambil melepas helm yang dikenakannya lalu dilemparkannya kepada Renjana yang reflek menangkapnya sambil menggeleng-gelengkan kepala tanda maklum. 

Apa kabar?

Gambar
Kabar baik kan?  Ngomong-ngomong, ada hal baru apa sih yang membuat kamu senang akhir-akhir ini? Ada kan?  Kayaknya pertanyaan yang susah dijawab sih untuk orang yang selalu merasa tak ada yang istimewa setiap harinya. Setiap pagi bangun tidur dengan wajah serta perasaan yang hampa. Ada ruang kosong yang menuntut untuk diisi, entah oleh apa dan bagaimana caranya tak tau pasti.  Meskipun ada beberapa hal yang membuat beda, entah rutinitas sebagai siswa atau mahasiswa yang emang gitu-gitu aja. Bagi manusia satu ini, sebelum bertemu keramaian sih sudah merasa bahagia sekaligus excited ya. Cuma, yang membuat kecewa justru itu, saat kebahagiaan yang sudah dibayangkannya tak sesuai dengan realita yang ada. Ketika yang diusahakan "Jika nanti akan begini dan seperti ini bila diberikan situasi yang seperti ini". Sudah sejauh itu disusun rapi di ingatan.  Kenapa kenyataan begitu pahit sih?  Adakah dendam yang dimiliknya sampai-sampai tak sekalipun mau bekerja...